1. Impuls
Anda telah mengetahui bahwa yang
menyebabkan suatu benda diam menjadi bergerak adalah gaya. Misalnya:
bola golf yang mula-mula diam akan bergerak ketika gaya pukulan stik
golf anda bekerja pada bola golf tersebut (perhatikan gambar di atas).
Gaya pukulan stik golf anda pada bola golf termasuk gaya kontak yang
bekerja hanya dalam waktu yang singkat. Gaya seperti ini disebut gaya
impulsif. Perkalian antara gaya tersebut dengan selang waktu gaya itu
bekerja pada benda disebut Impuls.
Impuls secara matematis, dituliskan sebagai berikut:
dengan
I = impuls (Ns)
F = gaya impulsif (N)
= perubahan waktu (t2-t1)
Impuls adalah hasil kali antara besaran vektor gaya F dengan besaran skalar selang waktu , sehingga impuls termasuk besaran vektor. Arah impuls I searah dengan arah gaya impulsif F.
Jika gaya impulsif F, yang berubah terhadap selang waktu , dapat anda gambarkan grafik F-t nya, maka luas arsir dalam selang waktu , dimana = t2 – t1, sama dengan luas arsir di bawah grafik F-t, dengan batas nilai dari t1 sampai dengan t2 (gambar berikut).
Impuls = Luas daerah di bawah grafik F-t
Contoh
1. Sebuah bola biliard dipukul dengan gaya 20 N dalam selang waktu
0,5 sekon. Tentukan Impuls yang bekerja pada bola biliard tersebut!Diketahui:
F = 20 N
= 0,5 sekon
Ditanyakan: I = ……?
Jawab:
I = F. = 20 N × 0,5 s = 10 Ns
Jadi besarnya impuls yang bekerja pada bola biliard tersebut adalah 10 Ns.
2. Perhatikan gambar berikut!
Tentukanlah besar impulsnya!
Penyelesaian:
Gaya 10 N bekerja selama selang waktu = 6 – 4 = 2 s. Impuls yang dilakukan gaya tersebut adalah 20 Ns.
Luas daerah yang diarsir di bawah grafik F terhadap t sama dengan (10 N) × (2 s) = 20 Ns.
Dari persamaan impuls dapat disimpulkan bahwa gaya dan selang waktu berbanding terbalik. Perhatikan tabel berikut:Tentukanlah besar impulsnya!
Penyelesaian:
Gaya 10 N bekerja selama selang waktu = 6 – 4 = 2 s. Impuls yang dilakukan gaya tersebut adalah 20 Ns.
Luas daerah yang diarsir di bawah grafik F terhadap t sama dengan (10 N) × (2 s) = 20 Ns.
Besarnya impuls yang dibentuk adalah
sebesar 200 Ns, namun besar gaya dan selang waktu gaya tersebut bekerja
pada benda bervariasi. Dari Tabel di atas tersebut, dapat dilihat bahwa
jika waktu terjadinya tumbukan semakin besar (lama), gaya yang bekerja
pada benda akan semakin kecil. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
waktu kontak antara gaya dan benda sangat mempengaruhi besar gaya yang
bekerja pada benda saat terjadi tumbukan.
Aplikasi Impuls dalam Keseharian dan Teknologi
Prinsip memperlama selang waktu kontak bekerjanya impuls agar gaya
impulsif yang dihasilkan menjadi lebih kecil, banyak diaplikasikan dalam
peristiwa keseharian.
1. Mengapa di bagian dalam helm selalu ada gabus/sponnya?
Ketika terjadi benturan, misalkan impuls
yang dihasilkan oleh helm tanpa spon dan helm dengan spon adalah sama.
Tetapi selang waktu kontak antara helm dengan spon lebih lama
dibandingkan dengan helm tanpa spon. Hal ini akan menghasilkan gaya
impulsif yang lebih kecil. Gaya impulsif yang lebih kecil akan
memberikan rasa sakit yang lebih kecil. Sehingga helm dengan spon akan
mengurangi rasa sakit jika terjadi benturan.
2. Mengapa pertandingan atau latihan judo selalu diadakan di atas matras?
2. Mengapa pertandingan atau latihan judo selalu diadakan di atas matras?
Ketika pejudo dibanting di atas matras
atau lantai, impuls yang dialaminya sama. Tetapi karena selang waktu
kontak antara punggung pejudo dan matras berlangsung lebih lama daripada
antara punggung pejudo dan lantai, maka gaya impulsif yang dikerjakan
matras pada punggung lebih kecil daripada gaya impulsif yang dikerjakan
lantai pada punggung. Sebagai akibatnya, pejudo yang dibanting di lantai
tidak dapat menahan rasa sakit akibat bantingan yang dialaminya.
3. Mengapa karateka selalu menarik kepalan tangannya secara cepat sewaktu memukul lawannya?
Ini dimaksudkan agar selang waktu kontak
antara kepalan tangan karateka dan badan lawan yang dipukulnya
berlangsung sesingkat mungkin sehingga lawannya menderita gaya impulsif
yang lebih besar.
4. Mengapa ketika kita membeli barang
elektronik baru seperti TV, di dalam kardus TV tersebut pasti ada gabus
yang membungkus TV tersebut?
Ini dimaksudkan agar ketika kardus TV itu
terjatuh atau terbentur sesuatu, waktu kontak sampai mengenai TV
menjadi lebih lama. Dengan waktu kontak yang lebih lama, maka gaya
impulsif yang dihasilkan akan lebih kecil. Gaya impulsif yang kecil,
akan memungkinkan kerusakan TV bisa dihindari.
2. Momentum
Perhatikan gambar di atas. Jika kedua
kendaraan tersebut bergerak dengan kecepatan sama, manakah yang lebih
sukar anda hentikan: kendaraan yang bermassa besar atau kecil? Jika dua
kendaraan bermassa sama (misalnya truck dengan truck, atau mobil dengan
mobil) bergerak mendekati anda, manakah yang lebih sukar anda hentikan:
kendaraan dengan kecepatan tinggi atau rendah?
Momentum didefinisikan sebagai ukuran kesukaran untuk memberhentikan suatu benda. Dari jawaban anda terhadap dua pernyataan di atas, momentum dirumuskan sebagai hasil kali massa dan kecepatan.
Momentum didefinisikan sebagai ukuran kesukaran untuk memberhentikan suatu benda. Dari jawaban anda terhadap dua pernyataan di atas, momentum dirumuskan sebagai hasil kali massa dan kecepatan.
P = m . v
dengan
P = momentum (kg m/s)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
P = momentum (kg m/s)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Momentum diperoleh dari hasil kali
besaran skalar massa dan besaran vektor kecepatan, sehingga momentum
termasuk besaran vektor. Arah momentum searah dengan arah kecepatan.
Untuk momentum satu dimensi, arah momentum cukup ditampilkan dengan
tanda positif atau negatif.
Contoh
Sebuah mobil bermassa 1000 kg bergerak dengan kecepatan 36 km/jam. Berapakah momentum mobil tersebut?
Diketahui:
m = 1000 kg
v = 36 km/jam = 36.1000/3600 m/s = 10 m/s
Ditanyakan: P = …?
Jawab:
Diketahui:
m = 1000 kg
v = 36 km/jam = 36.1000/3600 m/s = 10 m/s
Ditanyakan: P = …?
Jawab:
P = m . v = 1000 x 10 = 10.000
Jadi besarnya momentum mobil tersebut adalah 10.000 kg.m/s.
3. Hukum Kekekalan Momentum
Suatu tumbukan selalu melibatkan
sedikitnya dua benda. Misalnya benda itu adalah bola biliar A dan B
(Gambar di atas). Sesaat sebelum tumbukan, bola A bergerak mendatar ke
kanan dengan momentum mAvA dan bola B bergerak mendatar ke kiri dengan
momentum mBvB. Momentum sistem partikel sebelum tumbukan tentu saja sama
dengan jumlah momentum bola A dan bola B sebelum tumbukan.
Momentum sistem partikel sesudah tumbukan tentu saja sama dengan jumlah momentum bola A dan bola B sesudah tumbukan.
Hukum Kekekalan Momentum Linear
Dalam peristiwa tumbukan, momentum total sistem sesaat sebelum tumbukan sama dengan momentum total sistem sesaat sesudah tumbukan, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sitem.
Dalam peristiwa tumbukan, momentum total sistem sesaat sebelum tumbukan sama dengan momentum total sistem sesaat sesudah tumbukan, asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sitem.
Formulasi hukum kekekalan momentum linear di atas dinyatakan oleh:
Contoh
Sebuah bola bilyard 1 dengan massa 30 g
dan kecepatan 0,5 m/s bergerak ke kanan mengenai bola bilyard 2 dengan
massa 30 g yang diam di bidang datar tanpa gesekan. Jika kecepatan bola
bilyard 1 setelah tumbukan 1 m/s ke arah kiri, maka hitunglah kecepatan
bola bilyard 2 setelah tumbukan!
Diketahui:
m1 = 30 g = 0,03 kg
v1 = 0,5 m/s
m2 = 30 g = 0,03 kg
v2 = 0
v1’ = -1 m/s (tanda (-) menyatakan gerak ke kiri)
Ditanyakan: v2’ = ….?
Jawab:
Menurut Hukum Kekekalan Momentum Linear
Diketahui:
m1 = 30 g = 0,03 kg
v1 = 0,5 m/s
m2 = 30 g = 0,03 kg
v2 = 0
v1’ = -1 m/s (tanda (-) menyatakan gerak ke kiri)
Ditanyakan: v2’ = ….?
Jawab:
Menurut Hukum Kekekalan Momentum Linear
Karena nilainya positif, jadi bola billiard 2 bergerak ke kanan.
4. Hubungan Impuls dan Momentum
Perhatikan Gambar di atas. Sebuah bola
datang ke arah pemain bola dengan kecepatan awal vaw sesaat sebelum
ditendang. Sesaat sesudah ditendang (impuls bekerja), kecepatan akhir
bola vak. Sesuai dengan hukum II Newton, maka:
F=m.aKarena percepatan rata-rata
maka
Persamaan tersebut dapat kita nyatakan dengan kalimat berikut dan dikenal sebagai Teorema Impuls-Momentum:
Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan momentum yang dialami benda itu, yaitu beda antara momentum akhir dengan momentum awalnya.
Impuls yang dikerjakan pada suatu benda sama dengan perubahan momentum yang dialami benda itu, yaitu beda antara momentum akhir dengan momentum awalnya.
Contoh
Sebuah bola bermassa 0,15 kg pada
permainan softball dilempar mendatar ke kanan dengan kelajuan 20 m/s.
Setelah dipukul, bola bergerak ke kiri dengan kelajuan 20 m/s.
a. Berapakah impuls yang diberikan oleh kayu pemukul pada bola?
b. Jika kayu pemukul dan bola bersentuhan selama 0,80 ms, berapakah gaya rata-rata yang diberikan kayu pemukul pada bola?
c. Hitung percepatan rata-rata bola selama bersentuhan dengan kayu pemukul!
a. Berapakah impuls yang diberikan oleh kayu pemukul pada bola?
b. Jika kayu pemukul dan bola bersentuhan selama 0,80 ms, berapakah gaya rata-rata yang diberikan kayu pemukul pada bola?
c. Hitung percepatan rata-rata bola selama bersentuhan dengan kayu pemukul!
Penyelesaian:
Massa bola = 0,15 kg
Kecepatan awal v1 = +20 m/s (arah ke kanan)
Kecepatan akhir v2 = -20 m/s (arah kekiri)
a. Impuls yang diberikan kayu pemukul pada bola sama dengan perubahan momentum bola.
Tanda negatif menyatakan bahwa impuls berarah mendatar ke kiri
b. Selang waktu = 0,80 ms = 8 x 10-4 s
Gaya rata-rata kayu pemukul pada bola
F=7500NMassa bola = 0,15 kg
Kecepatan awal v1 = +20 m/s (arah ke kanan)
Kecepatan akhir v2 = -20 m/s (arah kekiri)
a. Impuls yang diberikan kayu pemukul pada bola sama dengan perubahan momentum bola.
Tanda negatif menyatakan bahwa impuls berarah mendatar ke kiri
b. Selang waktu = 0,80 ms = 8 x 10-4 s
Gaya rata-rata kayu pemukul pada bola
c. Percepata rata-ratanya
Tanda negatif menyatakan bahwa arah percepatan adalah mendatar ke kiri.
6. Tumbukan
Dalam kehidupan ini, banyak kita jumpai
peristiwa tumbukan. Tumbukan dapat terjadi pada saat benda yang bergerak
mengenai benda lain yang sedang bergerak atau diam. Pembahasan akan
dibatasi mengenai tumbukan sentral lurus, yaitu tumbukan antara dua
benda yang arah kecepatannya berimpit dengan garis hubung kedua pusat
massa benda. Berdasarkan sifat kelentingan atau elastisitas benda yang
bertumbukan, tumbukan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu tumbukan
lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting
sama sekali.
a. Tumbukan Lenting Sempurna
Dua buah benda dikatakan mengalami
tumbukan lenting sempurna jika pada tumbukan itu tidak terjadi
kehilangan energi kinetik. Jadi, energi kinetik total kedua benda
sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap. Pada tumbukan lenting
sempurna berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi
kinetik. Dua buah benda memiliki massa masing-masing m1 dan m2 bergerak
saling mendekati dengan kecepatan sebesar v1 dan v2 sepanjang lintasan
yang lurus. Setelah keduanya bertumbukan masing-masing bergerak dengan
kecepatan sebesar v’1 dan v’2 dengan arah saling berlawanan.
Berdasarkan hukum kekekalan momentum dapat ditulis sebagai berikut.
Sedangkan berdasarkan hukum kekekalan energi kinetik, diperoleh persamaan sebagai berikut.
Jika persamaan di atas saling disubtitusikan, maka diperoleh persamaan sebagai berikut.
Ruas sebelah kanan menunjukkan kelajuan
relatif setelah tumbukan dan ruas kiri adalah kelajuan relatif sebelum
tumbukan. Kelajuan relatif setelah tumbukan sama dengan kelajuan relatif
sebelum tumbukan tapi arahnya berlawanan.
Harga 1 pada persamaan di atas menyatakan
keofisien restitusi untuk tumbukan lenting sempurna. Secara umum
persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
Dalam hal ini, e adalah koefisien restitusi. Persamaan di atas berlaku untuk semua jenis tumbukan.
e = 1, untuk tumbukan lenting sempurna.
e = 0, untuk tumbukan tidak lenting sama sekali.
0 < e < 1, untuk tumbukan lenting sebagian.
e = 0, untuk tumbukan tidak lenting sama sekali.
0 < e < 1, untuk tumbukan lenting sebagian.
b. Tumbukan Lenting Sebagaian
Pada tumbukan lenting sebagian, beberapa
energi kinetik akan diubah menjadi energi bentuk lain seperti panas,
bunyi, dan sebagainya. Akibatnya, energi kinetik sebelum tumbukan lebih
besar daripada energi kinetik sesudah tumbukan. Pada tumbukan lenting
sebagian berlaku Hukum Kekekalan Momentum, tetapi tidak berlaku Hukum
Kekekalan Energi Kinetik. Pada tumbukan lenting sebagian, koefisien
restitusi (e) nilainya adalah 0 < e < 1. Besarnya koefisien
restitusi benda dapat ditentukan dengan persamaan:
dengan
e = koefisien restitusi
h1 = ketinggian mula-mula
h2 = ketinggian setelah memantul
e = koefisien restitusi
h1 = ketinggian mula-mula
h2 = ketinggian setelah memantul
c. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Tumbukan tidak lenting sama sekali
merupakan peristiwa tumbukan dua benda yang memiliki ciri setelah
tumbukan kedua benda bersatu (perhatikan gambar di atas). Keadaan ini
dapat digunakan bahasa lain, setelah bertumbukan; benda bersama-sama,
benda bersarang dan benda bergabung. Kata-kata itu masih banyak lagi
yang lain yang terpenting bahwa setelah bertumbukan benda menjadi satu.
Jika tumbukannya seperti gambar di atas maka koefisien restitusinya akan
nol, e = 0. Pada tumbukan ini berlaku hukum kekekalan momentum, tetapi
energi kinetiknya tidak kekal. Pada tumbukan tidak lenting sama sekali,
sesudah tumbukan kedua benda bersatu, sehingga kecepatan kedua benda
sesudah tumbukan besarnya sama, yaitu v1′ = v2′ = v’.
Sumber
Di bawah ini dapat dijadikan pengetahuan tambahan tentang terbentuknya koefisien restitusi (e).
Sumber
Di bawah ini dapat dijadikan pengetahuan tambahan tentang terbentuknya koefisien restitusi (e).
Berdasarkan sifat kelentingan benda, tumbukan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan
tumbukan tidak lenting sama sekali. Dengan menggunakan Hukum Kekekalan
Momentum dan Hukum Kekekalan Energi, kita dapat menentukan peristiwa
yang terjadi setelah tumbukan.
1. Tumbukan Lenting Sempurna
Apabila tidak ada energi yang hilang selama tumbukan dan jumlah energi
kinetik kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan sama, maka tumbukan itu
disebut tumbukan lenting sempurna. Pada tumbukan lenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan
Hukum Kekekalan Energi Kinetik. Misalnya, dua buah benda massanya
masing-masing m1 dan m2 bergerak dengan
kecepatan v1 dan v2 dengan arah berlawanan
seperti pada gambar berikut.
Tumbukan
lenting sempurna antara dua benda:
(a) sebelum tumbukan, (b) saat
tumbukan, (c) setelah tumbukan.
Kedua
benda bertumbukan lenting sempurna, sehingga setelah tumbukan
kecepatan kedua benda menjadi v1' dan v2' .
Berdasarkan Hukum Kekekalan Momentum, dituliskan:
m1
v1 + m2 v2 = m1 v1'
+ m2 v2'
m1
v1 – m1 v1' = m2 v2'
– m2 v2
m1
(v1 – v1' ) = m2 (v2'
– v2 )
(i)
Dari
Hukum Kekekalan Energi Kinetik diperoleh:
ii)
Jika
persamaan (ii) dibagi dengan persamaan (i) diperoleh:
v1
+ v1' = v2' + v2
v1'
– v2' = v2 – v1
v1'
– v2' = -(v1 – v2 )
(2)
Persamaan
(2) dapat dituliskan:
(3)
Bilangan
pada persamaan (3) disebut koefisien restitusi (e), yang merupakan
negatif perbandingan kecepatan relatif kedua benda sebelum tumbukan.
Persamaan (3) dapat dinyatakan:
(4)
Dengan
demikian, pada tumbukan lenting sempurna koefisien restitusi (e) = 1.
2.
Tumbukan Lenting Sebagian
Pada
tumbukan lenting sebagian, beberapa energi kinetik akan diubah
menjadi energi bentuk lain seperti panas, bunyi, dan sebagainya.
Akibatnya, energi kinetik sebelum tumbukan lebih besar daripada
energi kinetik sesudah tumbukan. Sebagian besar tumbukan yang terjadi
antara dua benda merupakan tumbukan lenting sebagian.
Pada
tumbukan lenting sebagian berlaku Hukum Kekekalan Momentum, tetapi
tidak berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
ΣEk
> ΣEk ' , maka:
Ek1
+ Ek2 > Ek1' + Ek2'
v2
– v1 > v1' – v2'
Sehingga
persamaan (3) dapat dituliskan:
(5)
Dengan
demikian, dapat disimpulkan pada tumbukan lenting sebagian, koefisien
restitusi (e) adalah:
0 <
e < 1.
Untuk
menentukan koefisien restitusi benda yang bertumbukan, perhatikan
contoh berikut ini. Perhatikan gamba berikut!
Tumbukan
lenting sebagian antara bola dengan lantai.
Sebuah
bola elastis jatuh bebas dari ketinggian h1 dari lantai,
maka akan terjadi tumbukan antara bola dengan lantai sehingga bola
memantul setinggi h2. Berdasarkan persamaan pada gerak
jatuh bebas, kecepatan benda sesaat sebelum tumbukan adalah:
Gerak
bola sesaat setelah terjadi tumbukan dapat diidentifikasikan dengan
gerak jatuh bebas, sehingga:
(arah
ke atas negatif)
Karena
lantai diam, maka kecepatan lantai sebelum dan sesudah tumbukan
adalah nol, v2 = v2 ' = 0, sehingga besarnya
koefisien restitusi adalah:
3.
Tumbukan tidak Lenting Sama Sekali
Pada
tumbukan tidak lenting sama sekali, sesudah tumbukan kedua benda
bersatu, sehingga kecepatan kedua benda sesudah tumbukan besarnya
sama, yaitu v1' = v2' = v'. Berdasarkan Hukum
Kekekalan Momentum maka:
m1
v 1 + m 2 v2 = m1 v1'
+ m2 v2'
m1
v1 + m2 v2 = (m1 +
m 2 ) v'
Karena
v1' = v2' , maka v1' – v2'
= 0, sehingga koefisien restitusi (e) adalah:
Jadi,
pada tumbukan tidak lenting sama sekali besarnya koefisien restitusi
adalah nol (e =0).
Sumber ----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar